BIREUEN | METRO ACEH-Direktur PT Imza Rizky Jaya (IRJ), Hj Cut Rizayati SH yang belum lama ini dinobatkan bergelar Cut Nyak Cahaya Jeumpa, dituding sebagai penipu ulung. Wanita paruh baya asal Bireuen itu, dikabarkan telah berhasil mengelabui ratusan warga dari berbagai kota di tanah air.
Sejumlah sumber Metro Aceh mengungkapkan, akibat aksi penipuan terhadap ratusan korbannya di Aceh, Lampung, Sulawesi Utara serta beberapa kota lain di Indonesia selama lima tahun terakhir, perempuan ini sudah meraup puluhan miliar rupiah uang dari investasi bodong, calon pembeli rumah bersubsidi serta sub kontraktor. Bahkan, mantan caleg DPR RI Partai Nasdem Dapil V Bogor ini, dituduh pernah mengelabui masyarakat yang dijanji bisa lulus PNS tanpa tes, asalkan mau memberi uang puluhan juta rupiah. Selain juga, modus penipuan program Indonesia Terang dan Solarsel yang menjebak para pengusaha, maupun kepala daerah di nusantara.
Sumber media ini menuturkan, Riza Yanti dalam menjalankan aksinya kerap membawa-bawa nama lembaga negara, bahkan mencatut nama Presiden Jokowi dan Sekretariat Negara (Setneg). Melalui program sejuta rumah yang digagas oleh presiden RI ini. Belakangan, dia disebut-sebut turut terlibat pencucian uang hasil korupsi para pejabat negara. Ironisnya, wanita itu hingga kini terkesan tidak bisa tersentuh hukum, karena telah memiliki kekayaan dalam jumlah fantastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Niazi (47) atau akrab disapa Adi warga Gampong Lada, Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie kepada media ini mengaku, dirinya tertipu oleh Rizayati tahun 2016 silam, sehingga mengalami kerugian Rp 200 juta lebih. Modusnya, pembangunan rumah bersubsidi untuk warga Tangse. Menurutnya, setiap calon penerima program bantuan pemerintah pusat itu, harus menyetor uang sebesar Rp 10 hingga Rp 17 juta per unit.
Dia mengaku, uang diserahkan melalui M Yacob sesuai arahan Rizayati, sebagian lagi disetor langsung ke rumah Rizayati di kawasan Desa Meunasah Blang, serta melalui Zahara staf kantor CV IRJ kala itu,”Jumlah rumah subsidi yang dijanji ke saya ada 14 unit, penerima membayar uang muka dan setelah saya kutip dan serahkan semua ke ibu Rizayati, program itu tidak ada kejelasannya lagi,” ungkap Niazi.
Akibat tertipu oleh Rizayati cs, dia harus menanggung seluruh beban biaya yang dikeluarkan, untuk membayar material bangunan dan upah buruh di Tangse. Belum lagi, harus mengembalikan uang kepada para calon penerima program bantuan itu sebesar Rp 207 juta. Adapun korban yang tertipu ungkapnya yakni Fauzi, Yarisun, Hambali, Ruslan, M Jadit, Ikbal, Nadir, M Nur, Niazi, Sayet, Wardan dan Faridan.
“Gara-gara terlilit masalah ini, saya harus menarik pinjaman bank yang masih saya cicil hingga sekarang, agar bisa melunasi hutang dan uang masyarakat di Tangse yang kami berikan ke Rizayati,” sebutnya.
Kecurangan perempuan asal Bireuen ini, juga diungkap Sigit Kansenon warga Lampung Selatan, yang tercatat sebagai mantan Ketua DPD Jaringan Laskar Nusabangsa (JLN) Lampung. Menurut dia, Rizayati menipu rekannya bernama Marwoto, sehingga menderita kerugian Rp 5 miliar. Namun, Rp 1,5 miliar sudah dikembalikan dan sisanya Rp 3,5 miliar, tidak pernah dikembalikan lagi. Padahal, jika dihitung dengan keuntungan maka sahabatnya ini harus menerima uang Rp 11 miliar lebih.
Sigit menuturkan, perkenalannya dengan Rizayati awal 2018 yang kala itu menjadi wakil ketua umum JLN. Suatu hari, keluarga wanita ini dari Aceh mengalami masalah di pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan, lantas Sigit yang berada di Lampung dimintai membantu menyelesaikan persoalan itu. Lalu, pria ini mengaku bertemu Rizayati di mapolres setempat. Lantas bertukar nomor HP, hingga setelah itu kerap menjalin komunikasi.
“Suatu hari Rizayati memprospek saya untuk berbisnis Solarsel, karena tidak faham maka tidak saya sahuti. Hingga dia mengaku bisa mengurus program rumah bersubsidi,” terang Sigit.
Kemudian, dirinya diajak ke Jakarta guna membahas rencana bisnis property ini. Kala itu, Sigit ditemani rekannya yang bernama Marwoto, dijadwalkan bertemu di Kantor Kementrian Sekretariat Negara (Kemensetneg) RI, namun setelah masuk ke gedung itu dengan leluasa, Rizayati lalu mengajak mereka ke ruang staf ahli H Uma anggota DPD Aceh di DPR RI.
“Setelah kami duduk di ruang H Uma, ibu Rizayati mengaku bisa mengurus rumah subsidi ke Lampung, asal bersedia bayar sebesar Rp 50 juta per unit, disetor dulu baru dibangun. Saya keberatan lalu keluar ruangan itu, namun teman saya yang diprospek hingga jatuh dalam bujuk rayu ibu itu,” ujarnya melalui seluler.
Dia menerangkan, setelah kembali ke Lampung, Marwoto cukup bersemangat dan memenuhi semua syarat yang telah disepakati bersama Rizayati. Termasuk, harus mendapatkan lima unit penerima per minggu, atau mengirim uang Rp 250 juta setiap minggunya. Namun, ternyata kontrak kerja dengan PT IRJ tidak jelas, karena biaya pembangunan rumah yang dijanjikan 30 persen, tak ditepati hingga beberapa bulan kemudian. Sampai dana disetor hingga Rp 5 miliar, Rizayati malah memutus hubungan komunikasi.
“Setelah kami berusaha mencari dan mendesak, agar uang dikembalikan baru dia bersedia menyerahkan Rp 1,5 miliar, itu pun dicicil. Saat ini teman saya itu, hidupnya sudah hancur dan tidak tahu harus mengadu kemana,” tukasnya seraya berharap Rizayati menyelesaikan persoalan itu.
Sementara Stephani (31) warga Manado, Sulawesi Utara mengaku juga menjadi korban Rizayati. Namun, dia menyetor uang untuk pembangunan rumah subsidi melalui PT Raron Jaya selaku sub kontrakan PT IRJ,”Saya tahu dan pernah bertemu ibu Rizayati, korban beliau sangat banyak di Bitung, Minahasa dan Manado. Modusnya dengan program rumah subsidi pemerintah Jokowi, tapi ternyata tidak pernah terealisasi,” ungkap wanita yang akrab disapa Lestari saat dihubungi via seluler.
Beberapa sumber media ini menuturkan, Rizayati juga terlibat bantuan rumah di Nusa Penida, Bali yang menjerat puluhan korban penipuan. Belakangan, wanita itu disebut-sebut memintai uang dari para kepala daerah, untuk pelicin program Indonesia Terang.
Bahkan, dari siaran TV Warta Parlemen yang ditayangkan beberapa waktu lalu, terungkap Rizayati ditengarai melakukan aksi penipuan, dengan memanfaatkan isu program Indonesia Terang, untuk memintai uang dari kepala daerah. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu meminta pemerintah dan pihak berwajib, menindaklanjuti program fiktif Indonesia Terang yang dilakukan PT Imza Rizky Jaya, melalui kegiatan penerangan jalan umum tenaga surya.
Dugaan penipuan bermula ketika PT IRJ, menawarkan program gratis Indonesia Terang kepada pemerintah daerah, tetapi ada sejumlah kepala daerah, kades dan rekanan diminta membayar sejumlah uang ke Rizayati. Padahal, program baik ini sudah digagas sejak Menteri Sudirman M Said, untuk mengaliri listrik secara gratis. Sinyalemen tindakan culas Rizayati ini, terungkap setelah kepala Dinas ESDM Jawa Tengah melaporkan adanya pungutan liar dari PT IRJ, untuk realisasi program energi listrik ini.
“Saya khawatir, dari pemerintah desa dan pemerintah kabupaten, sudah ditarik duit sama penipu ini. Kami melalui Panja Listrik yang saya ketuai, bisa mengejar ini. Tapi jangan tunggu kita, aparat hukum harus bertindak segera, ini kan bukan delik aduan,” sebut Gus Irawan seperti dikutip dari Warta Parlemen.
Rizayati yang dikonfirmasi via selulernya membantah semua tudingan itu, seraya mengaku ada oknum tertentu merasa iri lalu menciptakan isu hoax dan informasi bohong, untuk menyerang pribadinya serta hendak merusak kredibilitas PT Imza Rizky Jaya yang kini masih terus mendapat kepercayaan besar di tanah air, hingga ke luar negeri.
Dia menuduh, ada sosok bernama Leni Marlina yang sejak beberapa tahun ini, berupaya menyerangnya dengan ragam isu hoax yang terus disebarluaskan ke publik, baik melalui akun facebook ataupun Youtube. Bahkan, berkolaborasi dengan sejumlah oknum dibeberapa daerah, terus berusaha menjatuhkan kredibilitasnya melalui berbagai fitnah yang dibuat.
Saat ditanyai terkait keterangan Niazi alias Adi, tentang program rumah di Tangse. Rizayati menuding balik lelaki ini yang disebut sebagai mafia, jaringannya Leni Marlina,”Adi itu sudah banyak saya berikan uang untuk biaya pembangunan rumah, tapi semua dihabiskan sehingga rumah tidak selesai dikerjakan,” jelasnya.
Lalu, menyangkut persoalan di Lampung dia mengaku tidak ada masalah, jikapun ada yang mempersoalkan itu merupakan komplotan Leni Marlina,”Pak Marwoto ini teman baik saya, kami masih menjalin komunikasi. Kalau ada yang mengatakan telah kami rugikan, suruh saja beliau itu telpon saya,” ujar Rizayanti.
Menurutnya, salah satu rekan Marwoto yang sudah dipecat dan tidak terlibat dalam bisnis itu, meradang sendiri serta berupaya memfitnahnya, lalu bergabung dengan Leni Marlina yang sudah dilapor ke polisi, karena melanggar UU ITE dan saat ini masih diproses. Sementara di Manado tidak ada masalah, malahan salah satu pegawai PT Raron Jaya masih bekerja dengannya. Sedangkan terkait tudingan Gus Irawan Pasaribu, Rizayati mengaku sudah meklarifikasi persoalan tersebut.
“Ternyata ada oknum tertentu membawa nama PT IRJ, meminta uang dari kepala daerah untuk dalih program Indonesia Terang. Saya pastikan, kami tidak pernah minta uang dari siapapun untuk program itu,” tegas wanita yang mengaku pernah menjadi relawan Jokowi.
Selama ini, dirinya selalu bekerja sesuai prosedur demi menjaga kepercayaan yang telah diberikan, sehingga mustahil melakukan hal-hal buruk seperti yang dituduhkan itu,”Kami perusahaan besar, dipercayakan oleh pemerintah dan luar negeri untuk mengerjakan jalan tol dan pekerjaan besar lainnya. Saat ini saya sudah memiliki pesawat, sehingga orang bisnis seperti saya banyak yang senangi dan yang tidak senang,” paparnya.
Namun, terlepas dari segala isu bohong yang menyerangnya, dia tetap optimis dan yakin untuk terus berkarya, serta berbuat yang terbaik demi kepentingan masyarakat. Termasuk, mendonasikan sebagian hartanya untuk kebaikan umat, baik di Aceh maupun di seluruh penjuru tanah air.(Bahrul)
Catatan : Berdasarkan penilaian Dewan Pers, berita ini dinyatakan melanggar pasal 1 dan pasal 3 kode etik jurnalistik.