Laporan : Naurah Nabila
BIREUEN|METRO ACEH-Sebanyak 293 hektar areal persawahan di Kecamatan Peudada, mengalami kekeringan akibat kerusakan aliran irigasi sejak akhir Februari lalu. Sementara 85 hektar lainnya, dilaporkan gagal tanam karena bencana alam kekeringan fuso yang terjadi awal tahun ini.
Berdasarkan data yang diperoleh Metro Aceh dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Peudada menyebutkan, 378 Ha areal sawah di kecamatan itu sampai kini masih kering kerontang, sehingga ribuan petani belum bisa menjalankan aktifitas usaha mereka, pasca menderita kerugian besar setelah gagal panen pada musim tanam (MT) 2022-2023 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun lokasi sawah yang mengalami kondisi buruk tersebut yakni di Desa Cot Keutapang seluas 25 Ha, Meunasah Rabo 30 Ha, Meunasah Tambo 25 Ha, Meunasah Pulo 26 Ha, Calok 18 Ha, Matang Pasi 20 Ha, Matang Reuleut 38 Ha, Kukus 40 Ha, Meunasah Baroh 35 Ha, Meunasah Tunong 25 Ha, Meunasah Cut 40 Ha, Meunasah Blang 42 Ha, Meunasah Teungoh 9 Ha dan Meunasah Krueng 5 Ha.
Buntut gagal panen ini, ribuan petani yang menggantungkan hidup dari usaha sektor pertanian, menderita kerugian cukup besar dan kehilangan mata pencaharian. Ironisnya, kondisi itu belum mendapat perhatian pihak pemerintah daerah. Termasuk irigasi yang mengalami kerusakan, tidak jelas kapan akan diperbaiki, meski dampak bencana alam ini telah menghancurkan sendi perekonomian rakyat di Kecamatan Peudada.
Sejumlah sumber Metro Aceh menuturkan, macetnya pasokan air ke sawah disebabkan rusaknya bendungan Brandang di Desa Hagu pasca banjir bandang Januari lalu. Sehingga, saluran irigasi tidak berfungsi dan areal persawahan mengering, ketika tanaman padi sudah berusia dua bulan.
“Kami mengalami kerugian yang sangat besar akibat gagal panen tahun ini, semoga pemerintah segera bertindak melakukan upaya perbaikan irigasi yang rusak, agar rakyat kecil seperti kami bisa kembali turun ke sawah,” ungkap Khuzaimah (42).
Dia mengaku, sejumlah petani berupaya agar tidak gagal panen, dengan membuat sumur bor disekitar sawah mereka, namun usaha itu ternyata tidak efektif, sehingga tanaman padi mati kekeringan. Meski sebagian harus dipotong, untuk dijadikan pakan ternak.
Kepala BPP Peudada, Junaidi SP MM ketika dihubungi via selulernya mengaku, kondisi tersebut terjadi akibat kerusakan tanggul irigasi, saat banjir bandang Januari lalu yang berdampak terjadinya bencana kekeringan (Fuso) di daerah itu.
Menurutnya, berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tersebut, tapi belum memberikan hasil,”Kami sudah duduk bersama para keuchik dan camat, untuk mencari solusi. Namun, belum mendapatkan alternatif, sehingga musim tanam bulan ini sepertinya harus ditunda, sembari mencari opsi menanami tanaman lain di area sawah yang kekeringan itu,” jelas Junaidi. (**)