Oleh : Iqbal Fadillah
Semua Negara di dunia yang terkena dampak Pandemi Covid-19 memproyeksikan akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi akibat Pandemi Covid-19, termasuk Indonesia. Dikutip voaindonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia cukup terhantam keras dengan penyebaran Pandemi Covid-19. Tidak hanya kesehatan manusia, tapi juga mengganggu kesehatan ekonomi dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario terburuk bisa mencapai minus 0,4 persen.
Sebelumnya, pemerintah cukup optimistis bahwa investasi akan tumbuh sekitar enam persen. Namun, dengan adanya COVID-19, diprediksi investasi akan merosot ke level satu persen atau terburuk bisa mencapai minus 0.4 persen. Namun Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi termasuk pemberian stimulus kepada masyarakat yang terdampak. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam Perppu tersebut, salah satu stimulusnya adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu.
Menurut Sri Mulyani, kita di Indonesia harus memusatkan perhatian pada tiga hal. 1) Kesehatan dan masalah kemanusiaan harus ditangani. 2) Menjamin kondisi masyarakat terutama jaring pengaman sosial kepada masyarakat terbawah dan 3) Bagaimana kita melindungi sedapat mungkin sektor usaha ekonomi supaya mereka tidak mengalami damage atau bisa bertahan dalam situasi sulit. Dan dalam hal ini kita juga melindungi stabilitas sektor keuangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meskipun asumsi makro dari Menteri Keuangan begitu menakutkan. Namun, sudah dipastikan Pemerintah tidak akan tinggal diam skenario terburuk itu terjadi dan akan semakin menyengsarakan rakyat. Pemerintahan Joko Widodo diyakini akan dapat mengatasi gejolak ekonomi akibat dampak Pandemi Covid-19 ini.
Salah satunya jaminan dari Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo yang menegaskan, pihaknya tidak akan membiarkan skenario nilai tukar rupiah Rp20.000 per dolar AS terjadi. Bahkan, ia menyatakan, nilai tukar rupiah saat ini, yang berada pada kisaran Rp16.000 per dolar AS, sudah cukup stabil. Sejauh ini, BI telah melakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi dampak COVID-19 ini, antara lain, dua kali menurunkan suku bunga acuan BI, sehingga suku bunga BI menjadi 4,5 persen untuk merilis beban dunia usaha. Yang kedua, kami terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan mengintervensi di pasar spot, domestic non delivery forward, maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Pandemi Covid-19 seperti musuh yang tidak terlihat bagi semua Negara di dunia. Wabah ini menyebar dengan cepat dan memberikan tekanan bagi perekonomian seluruh Negara di dunia. Namun, optimisme dan sentimen positif ekonomi baru akan terjadi jika pandemi COVID-19 dapat diatasi, setidaknya menunjukkan tanda-tanda terkendali dan akhirnya dapat diselesaikan.
Upaya utama yang perlu dilakukan adalah menanggulangi pandemi Covid-19 itu sendiri. Jadi, kemampuan Pemerintah dan para pemangku kepentingan ekonomi untuk secara bersama-sama mengalokasikan sumber daya secara optimal menangani masalah kesehatan ini akan sangat menentukan jalannya roda perekonomian ke depan. Tanpa ini sepertinya puluhan jurus stimulus perekonomian pun tidak akan mempan menggeliatkan perekonomian.
Salah satu upaya pemerintah melalui penerbitan Global Bond dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah Pandemi Covid-19 yang telah memicu gejolak pasar keuangan global, pastinya telah menganalisa secara menyeluruh dan Pemerintah menerapkan prinsip risk sharing atau berbagi risiko. Dengan demikian, institusi pemegang Pandemic Bond ikut memiliki tanggung jawab atas dana tersebut. Penerbitan Global Bond di tengah Pandemi Covid-19 diharapkan akan berdampak positip dan segera dirasakan oleh masyarakat. Namun, Pemerintah juga patut diingatkan untuk hati-hati dalam mengelola keuangan dan aset Negara, dan seyogyanya dapat saling berelaborasi dengan berbagai kalangan sebelum mengambil keputusan, sehingga keputusan penerbitan Global Bond menjadi solusi yang tepat dan tidak semakin memberatkan rakyat dengan utang Negara.
#GerakanMelawanCovid-19
Penulis adalah peneliti POLKASI Jakarta.