Salatiga, METROACEH – Mantan Ketua PP Muhammadiiyah Din Syamsudin angkat bicara soal sosok ideal pemimpin bangsa. Menurutnya salah satu yang penting adalah pemahaman soal bisi kebangsaan dan cita-cita nasional.
“Saya kira, kepemimpinan nasional kita itu ke depan perlu sekali orang yang memiliki pemahaman yang dalam dan luas tentang visi kebangsaan kita, cita-cita nasional kita. Karena tanpa pemahaman yang dalam dan luas tentang cita-cita nasional yang sesungguhnya visi kebangsaan dan kenegaraan, maka pemimpin itu tidak akan bisa membawa bangsa ini ke arah pencapaian cita-cita nasional tersebut,” kata Din Syamsuddin.
Hal ini disampaikan Din usai menjadi keynote speaker dalam Internasional Conference on Islam and Muslim Societies (ICONIS) 2018 yang diselenggarakan Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga di Hotel Laras Asri, Kota Salatiga, Rabu (1/8/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Nah ini, perlu ditambah dengan kemampuan untuk membaca realitas sesungguhnya dari masyarakat Indonesia sekarang ini. Bagaimana membaca realitas masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, sosial, kecenderungan-kecenderungan dari masyarakat Indonesia yang mengalami perubahan cepat sejak era Reformasi khususnya,” tutur Din.
Selain itu, katanya, sebagai pemimpin nasional dituntut memiliki kemampuan untuk membaca realitas global. Hal ini terkait dengan upaya untuk membawa bangsa ini kearah cita-cita nasional.
“Yang ketiga pemimpin nasional itu atau pimpinan nasional itu dituntut memiliki kemampuan juga untuk membaca realitas global, realitas dunia. Karena upaya untuk membawa bangsa ke arah cita-cita nasional dengan mendalami realitasnya, tanpa dikaitkan dengan dinamika global, kita akan kehilangan arah,” ujarnya.
Terlebih saat ini, lanjut Din, sedang terjadi pergeseran pusat perekonomian global, geopolitik, geo ekonomi dunia sehingga terjadi persaingan antarbangsa antarnegara.
“Indonesia harus bangkit, tampil sebagai negara besar dengan kekuatan sumber daya manusia, sumber daya alamnya menjadi satu key player (pemain kunci) dari kehidupan itu,” ujar dia.
“Nah baru yang terakhir, saya merekomkan kriteria dan kapasitas kepemimpinan nasional itu, adalah seseorang yang bisa kemudian mempersatukan bangsa yang majemuk ini, atas dasar agama, suku, bahasa, budaya karena tanpa persatuan, tanpa kebersamaan, maka potensi besar kita atau kapasitas-kapasitas tadi tidak bisa terwujud,” tuturnya.(dc)