BIREUEN|METRO ACEH-Menandai bergulirnya program Grand Design Alternative Development (GDAD) tahun 2019 di Kabupaten Bireuen, sebagai pilot project pengganti tanaman narkotika di Indonesia. Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, bersama Pemkab Bireuen memulai penanaman perdana Jagung, di Desa Batee Raya, Kecamatan Juli, Kamis (24/10).
Penanaman perdana komoditas pertanian unggulan itu, sekaligus menandai implementasi GDAD pada areal seluas 12 ha di Kabupaten Bireuen tahun ini. Kegiatan tersebut, merupakan program Kementrian Pertanian (Kementan) RI, bekerjasama dengan BNN yang dilaksanakan secara kontinyu hingga tahun 2025 mendatang.
Penanaman jagung secara simbolis ini, dilakukan oleh Bupati Bireuen H Saifannur S.Sos, Deputi Dayamas BNN Irjen Pol Drs Dunan Ismail, ISJA MM, Kepala BNN Aceh, Brigjen Pol Drs Faisal Abdul Naser MH, Kepala Balai Besar Peramalan OPT Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Dr Ir Eni Tauruslina, MP dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh A Hanan,SP.,MM serta sejumlah pejabat terkait.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
H Saifannur,S.Sos dalam sambutannya pada kegiatan itu menuturkan, program ini sangat bermanfaat, khususnya bagi petani jagung yang dapat memanfaatkan potensi lahan pertanian produktif, untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, serta menciptakan kesejahteraan para petani, yang menjadi sasaran program GDAD tersebut.
Disebutkannya, Bireuen memiliki potensi lahan yang luas, untuk pengembangan Jagung hibrida. Hal ini sesuai dengan luas lahan tersedia yang telah diverifikasi CP/CL oleh petugas lapangan, seluas 11.017 hektar yang tersebar pada 16 kecamatan.
Selain untuk mengembangkan komoditi unggulan alternatif pengganti tanaman ganja, dia mengharapkan program ini mampu menjadi solusi meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan petani,”Melalui program GDAD ini, banyak keuntungan yang diperoleh. Termasuk, mengurangi angka pengangguran, serta menciptakan lapangan kerja, sehingga bisa mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat kita,” jelasnya.
Sementara, Dirjen Tanaman Pangan diwakili Kepala Balai Besar Peramalan OPT Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Dr Ir Eni Tauruslina, MP mengatakan, progres di Kabupaten Bireuen ini, merupakan sebuah langkah terobosan terbaru.
Alih fungsi lahan menjadi lahan produktif, dan harapan Dirjen ini dapat berhasil dan berkelanjutan. Jagung bukan saja untuk pangan tapi juga digunakan buat pakan ternak dan industri.
“Bireuen kita harapkan bisa menjadi salah satu daerah pengembangan jagung hibrida di Indonesia, sehingga kelak menjadi daerah penyumbang swasembada Jagung di Indonesia, khususnya di Propinsi Aceh,” imbuhnya.
Deputi Dayamas BNN Irjen Pol Drs Dunan Ismail, ISJA, MM, mengatakan penanaman perdana ini momentum tepat sebagai tindaklanjut MoU antara BNN, Pemerintah Aceh, PT JAPFA Comfeed Indonesia, yang akan membeli hasil panen jagung dengan harga bersaing.
“Program ini menjadi solusi terbaik, untuk menggantikan tanaman narkotika jenis ganja di Aceh, yang ditanam secara ilegal. Kami mengharapkan petani dapat menjalankan program ini secara serius. Agar mampu memberi hasil terbaik, dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dia mengajak semua pihak, untuk ikut andil serta memiliki tekad kuat, dalam menyukseskan program itu. Mengingat, Aceh telah dinobatkan sebagai provinsi pertama di tanah air, dalam upaya memerangi narkoba. Menurutnya, jika semua elemen masyarakat bersinergi, maka masalah narkotika akan mudah dihadapi bersama, demi terciptanya pembangunan yang adil dan makmur.
“Aceh adalah miniatur Indonesia yang memiliki segala potensi membanggakan bangsa, memenangkan perlawanan melawan sindikat narkoba di Aceh, adalah memenangkan Indonesia melawan sindikat narkoba nasional, inilah wujud tanggap darurat narkoba nasional,” tutur Pati Polri ini.
Kepala BNN Provinsi Aceh, Brigjen Pol Drs Faisal Abdul Naser MH kepada awak media menjelaskan, kegiatan ini cukup bagus. Karena selain memprioritaskan kearifan lokal, program GDAD juga dapat memberi solusi efektif, untuk membantu mewujudkan kesejahteraan rakyat, serta menghilangkan pemikiran masyarakat mendapatkan uang dari hasil menanam ganja.
“Dilandasi niat dan i’tikad membangun yang lebih baik, disertai harapan menata ekonomi rakyat melalui budidaya tanaman pengganti ganja. Alhamdulillah, tercatat 11 ha lebih tanaman jagung dari program GDAD, sudah terlihat memberi hasil yang optimal,” ungkap Faisal Abdul Naser.
Plt Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah, MT diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan,SP.,MM mengatakan, program ini dalam rangka mengubah paradigma berpikir sebagian masyarakat Aceh, dari dulu aktif tanam ganja, jadi petani komoditi unggulan produktif.
“Kualitas bibit jagung ditanam Ini sangat bagus, setiap pohon bisa menghasilkan dua tongkol dengan ukuran cukup besar. Dalam waktu sekitar 90 hari, jagung sudah bisa panen,” ungkapnya.
Menariknya, pembeli jagung sudah ada, jadi tidak ada cerita petani tidak untung dari bisnis ini, yang penting diterapkan tata cara pertanian jagung yang baik, rawat tanaman secara rutin. Dia meminta, masyarakat Aceh semakin taat hukum, sehingga kelak tak ada Iagi warga di pedalaman yang menanam ganja, serta terlibat dalam peredaran dan penggunaan narkoba, yang berbahaya bagi generasi bangsa.
Informasi yang diperoleh Metro Aceh menyebutkan, program GDAD sebagai salah satu alternatif menghilangkan tanaman narkotika jenis Ganja di bumi serambi Mekkah, merupakan bagian dari program internasional untuk mengganti aneka tanaman narkotika di seluruh penjuru dunia. Termasuk Indonesia yang menerapkan program ini pada tiga kabupaten di Aceh sebagai pilot project nasional, diantaranya Aceh Besar, Bireuen dan Gayo Lues. (Bahrul)