SIGLI | METROACEH.COM-Sepertinya suntikan vaksinasi MR sangat berbahaya sehingga mengakibatkan kelumpuhan, buktinya T.M.Helmi siswa Sekolah Dasar (SD) Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli, jatuh sakit setelah diimunisasi campak dan rubella di sekolahnya. Siswa kelas 3 SD seminggu di rumah kediaman nya kondisi tubuh nya lemah tidak bisa bergerak dan kini telah dirawat di rumah sakit karena tidak bisa jalan.
Dewi Rani (35) ibu kandung Helmi kepada awak edia menjelaskan, putranya diimunisasi pada Rabu, (1/8), korban diberikan suntikan bersama ratusan siswa-siswi SD lainnya oleh pihak sekolah beserta Tim Lounching dinas Kesehatan Kabupaten PIdie . Lalu sebut Dewi, pasca imunisasi putranya kesulitan tidur karena sakit di bagian pinggang hingga kaki. Kondisinya kemudian terus memburuk hingga akhirnya korban harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD) Tgk Chik Ditiro Sigli. “Sebelum di imunisasi berangkat sekolah hari itu sehat, setelah imunisasi katanya dia pusing dan lemas sehingga tiak masuk sekolah, namun kondisinya semakin buruk,”jelasnya.
Bahkan kata Dewi, pihaknya mempertanyakan ke dewan guru kenapa bisa terjadi penyuntikan terhadap anaknya itu, namun pihak sekolah mengatakan itu bukan wewenang sekolah. Tanggapan Guru yang kebetulan mebezuk korban di RSUD Sigli, kenapa bisa terjadi penyuntikan, salah seorang guru yang namanya tidak mau dipublikasi media mengaku, bahwa itu program dari Pemerintah Kabupaten Pidie dibawah Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kota Sigli yang mana kegiatan launching imunisasi MR ini pihak sekolah hanya menyediakan tempat. “Kami dari sekolah sebelumnya sudah di beritahukan oleh kepala Puskesmas dr. Ellya Noer, bahwa akan datang Bupati Pidie untuk acara louching imunisasi Vaksin MR.,”jelas dia.
Seentara itu Iskandar( 40) ayah dari korban mengharapkan kepada pemerintah agar memberikan pelayanan yang khusus agar ananyak cepat sembuh karena dikhawatirkan anaknya itu tidak bisa berjalan lagi dan sekali lagi pihaknya memohon kepada bapak bupati sudi kiranya anaknya diberikan pelayanan khusus mengingat pihaknya merupakan keluarga kurang mampu dan kami sempat juga mendengar ucapan kepala sekolah tempat anak saya menimba ilmu dikatakan kalau anak kami di bawak ke Banda Aceh semua harga obat mahal. Maka dari itu pihaknya meminta dinas terkait untuk bertanggung jawab,”pinta Iskandar.