BIREUEN|METRO ACEH-Untuk menguak dan mengungkap misteri kematian si Bongkok, gajah liar yang ditemukan mati tanpa kedua gadingnya di tepian sungai Berawang Alu Batee Plah, kawasan Desa Pante Peusangan, Kecamatan Juli akhir Desember lalu. BKSDA Aceh dan aparat kepolisian, terus berupaya menjawab teka-teki ini.
Termasuk, fokus melakukan memproses penyelidikan penyebab kematian hewan langka ini, dengan membawa sampel organ gajah itu ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri, di Jakarta.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo, saat ditanyai awak media ini, Sabtu (5/1) sore, terkait pemeriksaan tersebut. Menuturkan, untuk mengetahui sebab kematian gajah berumur 40 tahun lebih itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Proses penyelidikannya ditangani oleh pihak kepolisian, kami terus berkoordinasi agar persoalan ini dapat diketahui dalam waktu dekat. Sekarang sampel organ gajah, sudah tiba di Labfor Mabes Polri,” jelas Sapto Aji.
Sementara itu, Ketua Umum Forum DAS Krueng Peusangan, Suhaimi Hamid meminta pemerintah pusat maupun pemerimtah Aceh, segera melahirkan aturan terkait koridor satwa. Menurut dia, hal ini sangat urgen dan mendesak.
“Mengingat, di seluruh kawasan ada satwa dengan terjadi prekmentasi lahan sawit, maka banyak hal yang berpeluang terjadi. Jika tak disikapi, dikhawatirkan satwa akan habis mati satu persatu tanpa bisa dilindungi,” sebut Suhaimi yang akrab disapa Abu Suhai.
Menanggapi persoalan itu, Kepala BKSDA menerangkan, untuk koridornya kini lagi dibahas di Bappeda. Sehingga masalah itu perlu mendapat dukungan. Konon lagi, gajah selalu melintasi jalur di tiga wilayah. Diantaranya Kabupaten Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah, tentunya harus ada komitmen dari ke tiga pemerintahan daerah.
“Jalur koridor gajah sebagian di kawasan hutan, sebagian ada di luar. Itu dari hasil GPS Collar yang pernah kita pasang disana,” terang Sapto Aji Prabowo kepada Metro Aceh.(Rahmat Hidayat)