BIREUEN|METRO ACEH-Dugaan perlakuan buruk ibu yang tega menyiksa tiga anak tiri, akhirnya kembali berlabuh ke ranah hukum. Setelah ibu kandungnya melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Bireuen, Sabtu (11/1) sore.
Informasi yang dihimpun Metro Aceh menyebutkan, akibat tak terima anak kandungnya disiksa dan terus dianiaya, membuat Welly Wisiska S.Pd binti Ahmad Rahim (36) warga Desa Simpang Empat, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara melapor tindak penganiayaan anak ini ke polisi. Sesuai laporan polisi nomor : LP.B/02/I/Res.1.6.2020/RES BIREUEN tanggal 11 Januari 2020.
Kisah trio bocah malang itu, mirip cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang pernah ada dalam dongeng anak-anak. Namun, ternyata kekejaman ibu tiri ini benar-benar terjadi pada kehidupan nyata di sekitar kita. Betapa tidak, satu dari gadis cilik itu yakni ATH (9), diceritakan mengalami perlakuan buruk mirip kisah dongeng tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Siswa kelas IV SDN 4 Jeumpa itu saat ditemui awak media ini mengaku, selain sering disiksa serta jarang diberi makan, dia setiap pagi disuruh mencuci pakaian dan memasak untuk sarapan. Sedangkan dua adik kandungnya yang kembar berinisial DA dan DS (5), sering juga dipukuli oleh ibu tiri serta saudara tirinya.
Pengakuan gadis cilik ini yang terlihat masih diliputi trauma, bercampur rasa bahagia karena bertemu kembali dengan ibu kandungnya, nyaris serupa seperti kesaksian warga komplek PU yang mengaku, setiap pagi buta melihat ATH menjemur pakaian di pagar rumah. Lalu, berjalan kaki menuju sekolah yang cukup jauh, melintasi jalan negara.
Berdasarkan penuturan Welly Wisiska, usai melaporkan peristiwa itu dia membawa ATH ke UGD RSU dr Fauziah Bireuen, guna divisum. Dia berharap, persoalan itu dapat ditangani dengan baik oleh pihak kepolisian,”Alhamdulillah kami mendapat dukungan luar biasa dari masyarakat Glumpang Payong, mereka sangat prihatin dan mendukung penuh langkah kami membawa masalah ini ke ranah hukum,” sebutnya.
Pantauan awak media ini tadi sore di rumah keuchik desa itu, sejumlah ibu-ibu dan tetangga yang selama ini cukup peduli, serta sangat sayang kepada ATH. Terlihat menangis haru, saat rombongan yang membawa bocah malang itu akan berangkat ke Banda Aceh. Para ibu-ibu juga memeluk erat gadis ini, sebelum meninggalkan desa mereka.
“Kami selalu mendoakan semoga Echi bisa hidup bahagia, bersama ibu kandungnya dan melupakan semua pengalaman buruk selama berada di kampung ini,” ujar salah seorang wanita paruh baya sembari meneteskan air mata.
Sejumlah petugas medis di UGD RSU dr Fauziah Bireuen, saat ditemui mengaku pihaknya menemukan beberapa bekas memar di kaki ATH, serta bekas cakaran di bagian wajah. Selain itu, saat mereka melakukan visum juga diketahui bahwa gadis cilik itu, mengalami gangguan psikis. Beberapa diantara mereka, telah mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang kejadian tersebut.
“Saya pernah mendengar cerita tentang ibu yang menyiksa anak tirinya, tapi baru hari ini kami melihat sendiri anak itu saat divisum,” sebut sumber paramedis yang tak mau ditulis nama.(Bahrul)