Oleh : Bustaman al Rauf
Penderitaan panjang dan dugaan adanya crimes against humanity yang dialami umat Islam Uighur di camp penyiksaan di Xinjiang Tiongkok mirip camp Nazi Jerman terhadap Yahudi telah membangkitkan kemarahan elemen masyarakat yang tergabung dalam Ormas Islam seperti FPI, PA212, Bang Japar, Jawara, Gubernur Musim untuk Jakarta, LPI dan lain lain akan berunjuk rasa ke Kedubes Tiongkok di Jakarta setelah sholat Jum”at yang akan diikuti sekitar 2.000 orang yang datang dari penjuru Jakarta.
Pemerintah Tiongkok dalam upaya “meredam internasionalisasi” atas isu sensitif ini sudah melaksanakan “penggalangan untuk menciptakan narasi positif terkait Uighur” dengan mengundang petinggi NU, Muhammadiyah dan MUI berkunjung ke Uighur walaupun upaya membentuk narasi positif tersebut tetap gagal. Mungkin Tiongkok juga menggalang tokoh Islam dari negara lainnya soal Uighur agar kebiadaban mereka di Xinjiang tidak berembus keluar, tapi sepertinya gagal karena ada semangat ukhuwah Islamiah dan ukhuwah bashoriah yang harus ditegakkan terkait Uighur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ormas Islam asal Indonesia yang sempat “wisata ke Xinjiang, Tiongkok” memang telah mengeluarkan klarifikasi melalui jumpa pers, tokh respons dan simpati umat Islam terhadap mereka sudah berada di titik nadir. Mereka dapat memahami berbagai alasan, namun aksi unjuk rasa tetap dilakukan dan sepertinya bisa berjilid jilid seperti Aksi Bela Islam, karena musuh musuh Tiongkok terutama Amerika Serikat dan Israel termasuk Korsel dan Jepang diproyeksi akan terus “memanasi masalah ini” dengan memanfaatkan aksi aksi massa terkait Uighur yang mungkin akan terjadi di beberapa negara.
Isu Uighur adalah isu sensitif dan strategis, karena terkait dengan kemungkinan adanya crimes against humanity, accute human rights violence, bahkan genocida khususnya “Uighur’s moslem slaughtering” yang diduga sistematis, meluas dan struktural, dan isu ini juga menjadi isu yang dapat “menghangatkan” situasi menjelang tahun baru 2020, bahkan sel sel teror pun mungkin juga akan menggunakan isu ini sebagai “dasar amaliah” mereka, sehingga perayaan tahun baru 2020 semakin kompleks dan lengkap “driving forces”nya dengan adanya isu Uighur ini. Hati hati merayakan tahun baru.
Penulis adalah pengamat intelijen.