Penulis: Almira Fadhillah
Anekdot katak rebus kerap dijadikan sebagai contoh dalam menjelaskan zona nyaman. Anekdot tersebut menggambarkan pada awalnya seekor katak yang berada dalam panci berisi air akan merasa nyaman. Bahkan ketika panci diletakkan di atas kompor dan airnya mulai direbus, katak tetap tak bergeming karena merasa nyaman. Namun, dengan perlahan temperatur air mulai berubah. Sedikit demi sedikit air menjadi panas, kemudian matang, dan si katak berubah menjadi katak rebus.
Kondisi perekonomian global saat ini dapat serupa dengan anekdot tersebut. Banyak negara atau perusahaan yang merasa nyaman dengan kondisi ekonomi yang telah dicapainya, namun kemudian terlambat menyadari dan akhirnya terpuruk akibat krisis. Zona nyaman kerap membuat lupa untuk berkembang sehingga tidak pernah bergerak maju. Bahkan, zona nyaman dapat menjadi bom waktu yang bersifat destruktif, karena tidak terjawabnya tantangan perkembangan zaman.
Berkaca dengan kekayaan dan pencapaian ekonomi Indonesia saat ini. Indonesia sangat rawan terjebak dengan zona nyaman. Negara harus mewaspadai zona nyaman, karena suatu saat kekayaan sumber daya alam pasti akan habis seiring berjalannya waktu. Jika tidak segera bersiap dan bergerak dari zona nyaman, tentu kita akan sangat kesulitan dengan berbagai krisis yang menghampiri suatu saat nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kita patut bersyukur di periode kedua pemerintahan bapak presiden Joko Widodo, pemerintah memiliki program-program prioritas yang dapat membawa Indonesia bergerak dari zona nyaman. Salah satunya adalah Program Prioritas Transformasi Ekonomi. Dalam pidato pelantikannya Presiden Joko Widodo bertekad akan membawa Indonesia bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern, yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sektor manufaktur dan jasa modern memang merupakan sektor strategis yang dapat menjadi mesin pembangunan ekonomi, karena sektor tersebut akan memberikan efek berganda mulai dari meningkatnya kemampuan penyerapan tenaga kerja, meningkatnya nilai kapitalisasi modal, hingga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input bahan dasar yang diolah.
Terkait dengan hal tersebut Presiden Joko Widodo meminta jajaran menterinya untuk melakukan percepatan upaya transformasi ekonomi menjadi sebuah negara yang tak lagi hanya mengekspor barang mentah tetapi yang mampu memberikan nilai tambah. Dari yang sebelumnya kita ekspor bahan mentah baik nikel, bauksit, alumina, batubara, dan lain-lain, satu persatu akan ditata agar kita dapat mengekspor dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi. Nilai tambah akan memberikan daya saing kepada negara kita, termasuk di dalamnya insentif industri bagi UKM dan industri di perdesaan.
Dengan kata lain, pengembangan industri pengolahan sumber daya alam di seluruh sentra produksi seperti pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya menjadi langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan agar dapat memepercepat transformasi.
Melihat besarnya tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam transformasi ekonomi, sinergi dan dukungan dari seluruh sektor di bidang ekonomi, mulai dari sektor moneter dan keuangan, sektor fiskal, hingga sektor teknis kementerian terkait sangat dibutuhkan untuk dapat mengefektifkan koordinasi dan penerapan setiap kebijakan.
Pemerintah bersama rakyat harus bisa bersinergi, kerja keras, kerja cerdas, dan fokus agar target pertumbuhan dan peningkatan transformasi sebagaimana yang telah direncanakan dapat diraih secara maksimal. Sikap optimistis harus terus ditingkatkan, mari jadikan pembangunan ekonomi yang telah dicapai selama ini sebagai pondasi dalam transformasi ekonomi, sehingga kita mampu meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia merebut peluang pasar global.
(Mahasiswa Pasca Sarjana Univ. Gunadarma)