IRAN VS AMERIKA SERIKAT, EKONOMI GLOBAL MEMBURUK

- Administrator

Selasa, 7 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Mubdi Tio Thareq

Menurut Amerika Serikat, Iran sudah mengganggu “kepentingan globalnya” sejak lama dan semakin meningkat eskalasinya sejak Mei 2019, bahkan “kebencian” AS ke Iran sudah lama terjadi sejak Iran tidak tunduk terhadap keinginan AS terkait denullirisasi Iran.

Kedongkolan AS ke Iran semakin mendalam ketika pada 29 Desember 2019, milisi Syiah, Kataib Hezbollah atau KAH yang dituding AS “diremote control” oleh Iran menyerang aset aset AS di Iraq dan menewaskan pegawai konrraktor AS dan melukai lainnya, bahkan tanggal 31 Desember 2019, milisi KAH menyerang Kedubes AS di Baghdad, Irak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, Trump dengan alasan defensif dan melindungi rakyat AS di Timur Tengah akhirnya menggunakan drone menyerang markas markas milisi Syiah bahkan menewaskan Mayjen Qaseem Solemani, Pimpinan Pejuang Quds di Pasukan Garda Revolusi Iran, termasuk petinggi utama KAH, Muhandis dan beberapa pejabat utama KAH pada 2 Januari 2020. Pihak Iran menilai serangan tersebut bukan dilakukan drone melainkan helikopter yang memuntahkan banyak roket.

Kematian Solemani, Muhandis dan beberapa pejabat utama KAH direspons serius oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang akan melakukan “harsh reveange” melalui “Syiah avengers” dimanapun mereka berada terhadap musuh musuh Iran.

Merespons hal tersebut, Trump telah memerintahkan tambahan pasukan AS di kawasan Timur Tengah mengantisipasi “harsh reveange” yang akan dilakukan Iran. Bahkan mungkin Iran juga akan meroket sejumlah sekutu AS di Timteng seperti Israel dan Arab Saudi, termasuk mungkin akan mengganggu pelayaran internasional di Selat Hormuz.

Ada beberapa skenario dan foresight yang dapat dibuat dari perkembangan terkini di Timteng. Pertama, jika skenario AS vs Iran mengarah ke perang terbuka. Dampaknya AS akan mengeluarkan anggaran lebih untuk perang ditengah belum sehatnya perekonomian AS, sementara Iran jika ganggu Selat Hormuz maka harga Migas akan meroket termasuk biaya ekspor impor akan meningkat dengan banyaknya turbulence. Skenario pertama ini akan semakin memperburuk ekonomi global jika Rusia dan China sebagai sekutu dekat Iran turut campur, walaupun kecil kemungkinannya.

Skenario kedua adalah terjadinya “random attacks” diantara kedua negara yang dilakukan directly maupun melalui agen proxy war mereka. Jika skenario ini terjadi, AS akan menghadapi dua risiko yaitu serangan tidak terpola pejuang pejuang Syiah pro Iran, termasuk kabar gembira bagi sel sel ISIS untuk menyerang dua pihak baik AS dan Iran, karena Syiah juga musuh utama ISIS dan Al Qaeda. Ekonomi global tetap terganggu setidaknya harga Migas tetap naik dan AS menaikkan pajak impor dan bunga bank untuk menutupi biaya perang.

Skenario ketiga adalah kematian Solemani adalah “saham politik” bagi Trump untuk kembali memperoleh kepercayaan politik pasca desakan impeachment terhadapnya termasuk menghadapi Pilpres AS tahun ini. Jika ini benar, kemungkinan “harsh reveange” Iran akan dilakukan saat momen politik tersebut. Bentuk serangan bisa fisik dan teknologi misalnya membajak hasil Pilpres AS agar Trump kalah. Iran bisa meminta bantuan Rusia terkait hal ini, karena diakui atau tidak, Rusia kurang suka dengan figur Trump.

Di Indonesia, ketegangan Iran dengan AS perlu diantisipasi terutama bagaimana Indonesia sudah siap siap ungsikan WNI yang ada di Israel, Iran, Irak dan Arab Saudi jika skenario pertama terjadi, termasuk membengkaknya hutang luar negeri jika skenario pertama dan kedua terjadi karena ancaman resesi ekonomi global cepat terjadi.

Termasuk jika skenario kedua terjadi, Indonesia perlu antisipasi serangan teror sel sel ISIS terhadap kedubes kedua negara di Indonesia, termasuk aksi unjuk rasa terkait masalah ini. Pendukung Syiah di Indonesia cukup eksis di beberapa provinsi.

Sedangkan jika skenario ketiga yang terjadi, maka Indonesia harus berkoordinasi erat dengan AS dan Iran terkait keselamatan warga negara kedua negara di Indonesia, dan Indonesia tetap penting netral terkait masalah ini.
Penulis adalah pemerhati masalah internasional

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Sering di Bilang Nakal? Bisa Jadi Anak Anda Perlu Pemahaman, Bukan Hukuman
Bireuen Kota Santri: Menggali Potensi Ekonomi Berbasis Syariah
Dirjenpas Menolak Fraud, Langkah Maju Untuk Reformasi Pemasyarakatan
Alpajuli Darat Kumandangkan Persatuan Indonesia
MTQ Aceh: Ajang Pengembangan Ekonomi Kreatif Masyarakat Simeulue
PERPUU NO. 2 TH 2022 CIPTA KERJA DAN UNJUK RASA BURUH 10-11 AGU 2023
Can Indonesia beat Argentine?
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Tangani Permasalahan Depo BBM Plumpang

Berita Terkait

Senin, 14 April 2025 - 18:33 WIB

Sering di Bilang Nakal? Bisa Jadi Anak Anda Perlu Pemahaman, Bukan Hukuman

Kamis, 3 April 2025 - 16:16 WIB

Bireuen Kota Santri: Menggali Potensi Ekonomi Berbasis Syariah

Senin, 6 Mei 2024 - 16:21 WIB

Dirjenpas Menolak Fraud, Langkah Maju Untuk Reformasi Pemasyarakatan

Rabu, 24 Januari 2024 - 19:04 WIB

Alpajuli Darat Kumandangkan Persatuan Indonesia

Selasa, 28 November 2023 - 16:28 WIB

MTQ Aceh: Ajang Pengembangan Ekonomi Kreatif Masyarakat Simeulue

Berita Terbaru

Si Weuk (baju orange) saat proses rekonstruksi perkara pembunuhan di halaman Mapolres Bireuen, Kamis (7/8)

HUKUM & KRIMINAL

Si Weuk, Pembunuh Berdarah Dingin Diseret Ke Meja Hijau

Selasa, 28 Okt 2025 - 15:22 WIB

Ketua Komisi 3 DPRK Bireuen, Fadhli S.Pd

NANGGROE

HRD Diminta Dukung Pembangunan Bireuen

Selasa, 21 Okt 2025 - 17:37 WIB

Suasana webinar yang diikuti puluhan dokter di RSU Telaga Bunda 2 Cot Gapu, Sabtu (18/10)

NANGGROE

RSU Telaga Bunda Gelar Webinar Tenaga Medis

Sabtu, 18 Okt 2025 - 14:07 WIB

Bupati Bireuen, H Mukhlis ST melantik puluhan pejabat daerah di aula Setdakab lama, Jum'at (17/10)

NANGGROE

81 Pejabat Bireuen Dilantik

Jumat, 17 Okt 2025 - 18:49 WIB