JAKARTA|METRO ACEH-Setelah melalui proses panjang Kongres XI Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang digelar secara virtual, akhirnya Sasmito terpilih sebagai Ketua AJI Indonesia periode 2021-2024, Rabu (2/3) dini hari.
Sasmito yang berpasangan bersama Ika Ningtyas, berhasil unggul dengan meraih 119 suara dari pasangan Revolusi Riza-Dandy Koswara yang meraup 110 suara peserta kongres, melalui sistem voting elektronik yang pertama dilakukan sejak organisasi pers ini dideklerasikan berdiri mulai 7 Agustus 1994.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kongres AJI Ke XI yang seyogyanya berlangsung Sabtu-Minggu (27-28/2), namun karena alotnya pembahasan Tata Tertib, AD/ART, Peraturan Organisasi, Kode Perilaku, serta berbagai agenda lain yang menjadi fokus pembahasan, sehingga kegiatan tiga tahunan AJI ini terpaksa berlangsung hingga Rabu (2/3) dini hari.
Pantauan media ini, ratusan peserta dan delegasi kongres dari puluhan AJi Kota, serta pengurus AJI Nasional mengikuti seluruh tahapan yang berlangsung sejak Sabtu pukul 09.00 wib, hingga sore hari. Dilanjutkan, Minggu pagi sampai Senin dini hari. Lalu, Senin pagi hingga Selasa dini hari yang berakhir dengan agenda pemilihan Ketua Umum-Sekretaris AJI Indonesia periode 2021-2024.
Duet kandidat berjargon Sas-Ika ini, telah menggantikan kepengurusan periode 2017-2021 yang dipimpin Abdul Manan-Revolusi Riza. Keberhasilan pasangan Sasmito-Ika Ningtyas, dinilai sebagai kemenangan AJI Indonesia yang segera dipimpin oleh sosok muda, hingga tiga tahun mendatang.
“Tantangan ke depan cukup besar. Mulai dari rezim yang otoriter, regulasi yang mengancam dan banyaknya kasus kekerasan terhadap jurnalis. Dari segi ekonomi juga kita banyak tantangan. Selain pademi, juga ada disrupsi digital,” ungkap Sasmito, yang juga jurnalis Voice of America (VoA) ini, saat memberikan sambutan usai disahkan menjadi ketua umum AJI, Selasa 2 Maret 2021 dini hari.
Pandangan senada disampaikan Ika Ningtyas. “Ini amanat yang tidak mudah di tengah tantangan luar biasa ini, mulai dari multi krisis dan belum lagi dari disrupsi digital,” kata jurnalis perempuan yang tercatat sebagai wartawan Tempo.
Ika dan Sasmito menegaskan bahwa semua tantangan itu tidak akan bisa dihadapi tanpa bantuan dan kerjasama dari seluruh anggota AJI. Tantangan yang dihadapi oleh AJI tercermin dari resolusi yang dihasilkan dalam Kongres XI AJI, dalam soal kebebasan pers, profesionalisme dan kesejahteraan. Dari aspek kebebasan pers, resolusi kongres menggarisbawahi sejumlah kebijakan yang mengancam kebebasan pers dari regulasi seperti KUHP dan Undang Undang Informasi Elektronik. Dalam soal kesejahteraan, salah satu tantangannya adalah bagaimana pemerintah memperkuat implementasi regulasi dan memonitoring kepatuhannya di perusahaan media.
Dalam Kongres XI ini, ada sejumlah perubahan kebijakan yang dihasilkan. Salah satunya adalah dimasukkannya klausul kasus kekerasan seksual sebagai kategori pelanggaran berat. Pasal soal kekerasan seksual juga dimasukkan dalam Kode Perilaku Anggota AJI. Berbeda dengan ketentuan di Anggaran Rumah Tangga AJI, kasusnya diperiksa dengan Kode Perilaku jika ada unsur pengaruh profesinya sebagai jurnalis dari kekerasan tersebut.
AJI adalah organisasi jurnalis yang misinya memperjuangkan kebebasan pers, meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan jurnalis. AJI menjadi anggota sejumlah organisasi di tingkat global: International Federation of Journalists (IFJ), berkantor pusat di Brussels, Belgia: International Freedom of Expression Exchange (IFEX), berkantor pusat di Toronto, Kanada: Global Investigative Journalism Network (GIJN), berkantor pusat di Maryland, AS: Forum Asia, jaringan hak asasi manusia berkantor pusat di Bangkok, Thailand; South East Asian Press Alliance (SEAPA), yang bermarkas di Bangkok.(Bahrul)