Laporan : Yola Novita Puteri
ACEH UTARA|METRO ACEH-Masa lalu kejayaan Islam di Aceh, memang telah menorehkan beragam kisah menarik, yang menjadi catatan sejarah. Bahkan, sejumlah situs peninggalan bersejarah itu, menjadi bukti peradaban yang nyaris terlupakan.
Seperti cagar budaya “Mesjid Tuha” di Desa Dayah Seupeng, Kecamatan Geureudong Pase, Kabupaten Aceh Utara yang luput dari perhatian dan tak pernah dilestarikan. Sehingga, situs ini terbengkalai meski menyimpan sejuta kisah sejarah peradaban Islam dimasa lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan penelusuran Metro Aceh, diketahui bangunan berarsitektur Arab Melayu itu, dibangun sekitar abad 18 dan menjadi pusat pengembangan Islam di kawasan pedalaman bekas kerajaan Samudera Pasai. Atau berjarak beberapa kilometer ke arah selatan Kota Geudong.
Bangunan tua yang menjadi saksi bisu sejarah Islam itu, menjadi rumah ibadah dan pusat perkembangan ajaran tauhid ini. Sejak berdiri sejak dua abad silam, terus digunakan sebagai tempat pertemuan, dan shalat berjemaah hingga tahun 1990.
Namun, setelah itu Mesjid Tuha di Desa Dayah Seupeng, dibiarkan terlantar dan tak terurus. Bahkan, hingga kini bangunan klasik itu, hanya menyisakan puing-puing dibalik sejarah indah yang telah ditelan waktu. Meski begitu warga setempat, tetap mengingat mesjid ini sebagai bagian dari sejarah desa itu.
Seperti penuturan Keuchik Dayah Seupeng, Marzuki saat dijambangi awak media ini, Senin (11/2). Dia mengaku, jika bangunan itu menjadi bukti kejayaan Islam, sebagai salah satu situs sejarah aset daerah yang harusnya dilestarikan.
Marzuki menuturkan, selama ini Mesjid Tuha ini, hanya direhab dengan sumber swadaya masyarakat, sehingga belum memberi hasil maksimal. Masyarakat di Desa Dayah Seupeng, menanti dedikasi Pemkab Aceh Utara, ataupun Pemprov Aceh melalui instansi terkait agar mau melakukan pemugaran sejumlah situs sejarah di kawasan itu.
“Kami berharap, Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh, Badan Dayah ataupun pihak terkait. Supaya mau berkunjung ke Geurudong Pase, untuk melihat kondisi mesjid-mesjid dan makam raja-raja dulu yang masih tersisa di desa kami ini,” ungkap Marzuki.
Dia menambahkan, jika ada sentuhan perhatian dan bantuan, untuk dilakukan pemugaran. Bukan tidak mungkin, selain melestarikan situs-situs sejarah yang masih tersisa, juga diyakini akan menjadi magnet tersendiri, dalam menarik para pengunjung lokasi cagar budaya itu. Sehingga, berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitar lokasi, serta kawasan itu bisa berubah jadi salah satu destinasi wisata religi di Aceh.
Sebelum mengakhiri perbincangan dengan awak media ini, Marzuki sempat mengaku jika masyarakat setempat juga berusaha menjaga Mesjid Tuha, melalui aktifitas gotong royong membersihkan areal disekitar bangunan itu. Disamping menghimpun dana sukarela, untuk segera memperbaiki sarana ibadah sekaligus situs sejarah tersebut.(**)