BIREUEN|METRO ACEH-Menyikapi kisah miris ayah dan anak terlantar di kawasan Cot Panglima, Kecamatan Juli (KM 26) yang sempat viral beberapa hari lalu. Tim Dinas Sosial Kabupaten Bireuen, dilaporkan mencari serta menelusuri jejak keberadaan warga miskin ini, Sabtu (22/12).
Wartawan Metro Aceh yang ikut dalam petualangan, bersama tim dari Dinsos Bireuen, harus berjuang keras melewati rimba belantara, dengan berjalan kaki melewati gunung dan lembah. Hingga, akhirnya berhasil menemui Ramli A (43), serta putrinya Rosita (5) yang hidup di gubuk dalam hutan, pada kawasan pegunungan KM 25.
Upaya pencarian jejak dua kaum dhuafa ini, dimulai sejak pukul 15.00 wib hingga 19.00 wib, akhirnya berhasil menemukan target warga pra sejahtera tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Awal pencarian dimulai dengan melacak informasi, melalui pedagang di sekitaran kawasan wisata Cot Panglima. Tentang keberadaan warga miskin itu. Lalu, tim Dinsos mendapat kabar jika keduanya kerap berkeliaran di daerah tersebut, bahkan sering bermalam di pondok para pedagang.
“Mereka tadi pagi masih berkeliaran dan melintas di sini, tapi sekarang kami tidak tahu lagi. Mungkin sudah turun ke KM 20 atau ke pedalaman,” ungkap seorang ibu-ibu yang menjajakan dagangannya di sisi ruas jalan Bireuen-Takengon.
Selanjutnya, tim bergegas menuju ke KM 20, lalu menggali informasi dari pemilik warung. Beruntung, warga di kawasan itu mengetahui keberadaan ayah dan anak ini. Namun, lokasinya jauh masuk ke hutan belantara di KM 25.
Kemudian, tim kembali menelusuri arah yang disampaikan pemilik warung itu. Meski upaya ini tidak mudah, karena harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 300 Meter ke dalam hutan, tetapi sejumlah tim Dinsos tetap semangat menemukan target yang dicari ini.
Sampai akhirnya, mereka menemukan gubuk reot di kebun warga, yang sedang dihuni oleh keduanya. Setelah ditanyai, ternyata mereka merupakan warga Desa Blang Kekumut, Kecamatan Celala, Aceh Tengah yang sudah lama terlantar, serta hidup melalangbuana.
“Pak Ramli bersama putrinya ini pernah merantau sampai ke Lampung Tengah, ini dibuktikan sesuai surat Kepala Dinas Sosial kabupaten itu tertanggal 17 April 2016 yang masih disimpan,” ungkap Kabid Rehabilitasi Sosial,Halidar, S. Sos melalui Ery Syah Reza selaku Ketua Tim Dinsos.
Menurutnya, ada dugaan semenjak dua orang ini kembali ke Aceh, dengan biaya bantuan Dinsos Lampung Tengah. Jalan hidupnya mulai berpindah-pindah, serta terlunta-lunta.
Selain itu sebutnya, tim juga menemukan surat kontrol medis dari RSUD Datu Beru, Takengon tertanggal 10 Mei 2015 yang menerangkan, lelaki ini mengidap Skizofrenia Paranoid (penyakit mental kronis-red).
“Kami mencoba membujuk, agar bapak ini bersedia ikut bersama ke Bireuen, untuk mendapat penanganan. Namun, ditolak dengan alasan belum saatnya keluar dari kawasan itu,” sebut Ery Syah Reza yang juga Kasi Pelayanan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Bireuen.
Karena tidak bersedia ikut, akhirnya tim hanya dapat memberikan bekal uang, untuk memenuhi kebutuhan warga malang ini. Lalu, tim Dinsos kembali ke Kota Bireuen, guna mencari solusi terbaik dalam menangani persoalan ini.
Kepala Dinas Sosial Bireuen, Drs Murdani kepada Metro Aceh mengaku, pihaknya cukup prihatin atas kondisi dua warga miskin ini. Konon lagi, keadaan mereka sempat menjadi isu viral, pasca beredarnya video terkait peristiwa miris tersebut.
“Kami segera berkoordinasi dengan para perangkat pemerintah daerah, untuk dapat kita berikan penanganan yang baik bagi keduanya. Konon lagi, ada anak yang tak seharusnya hidup seperti itu,”ungkapnya.
Murdani menandaskan, berdasarkan hasil laporan tim yang mencari ayah dan anak ini. Kondisi tersebut diduga akibat problem rumah tangga (broken home), karena lelaki tua itu sudah empat kali menikah dan berakhir cerai.
“Anak yang ikut bersamanya, merupakan putri dari istri ke empat yang identitasnya belum kami ketahui. Tetapi, pihak Dinsos Bireuen akan terus berupaya untuk mencari solusi terbaik, supaya mereka dapat hidup normal seperti orang lain,” jelas Murdani. (Jamal)