BIREUEN|METRO ACEH-Bermacam alat-alat kesehatan (Alkes) yang dibeli sejak beberapa tahun terakhir, dikabarkan terbengkalai dan tidak difungsikan akibat belum mengantongi izin operasional. Padahal, peralatan dengan tehnologi tinggi ini memiliki harga mencapai puluhan miliar rupiah.
Sumber media ini saat ditemui, Rabu (19/3) membeberkan, berbagai Alkes yang berada di ruang Occa, Radiologi dan Urologi RSU dr Fauziah, hingga kini teronggok tak berfungsi, karena belum diurus izin oleh manajemen rumah sakit pemerintah daerah itu, akibat belum sanggup melengkapi dokumen dasar serta persyaratan yang ditentukan. Disinyalir, mulai saat pembelian ada permainan harga hingga spesifikasi yang tidak sesuai, menjadi bagian skandal praktik culas pengadaan Alkes.

“Kami menduga pengadaan Alkes itu hanya demi mencari fee, bahkan jika ditelusuri kami yakin harga pembelian dimark up,” ungkap sumber di lingkungan Pemkab Bireuen yang minta tidak ditulis nama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia menyebutkan, adapun sejumlah Alkes yang dibeli sejak beberapa tahun terakhir ini dan terbengkalai yaitu di ruang Radiologi yakni Flouroscopy, Mobile Unit X-Ray, Mammography dan Dental Panoramic. Selain itu, di ruang Occa ada C-arm atau mesin radiologi berbentuk huruf C untuk memindai pasien menggunakan sinar X. Kemudian ada di ruang Urologi mesin pemecah batu ginjal tanpa operasi atau ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang menggunakan gelombang kejut dari luar tubuh.
Meski dibeli dengan harga fantastis tetapi seluruh Alkes tersebut, hingga kini masih terbengkalai di RSU dr Fauziah Bireuen dan tak bisa difungsikan, untuk memberi akses kemudahan kebutuhan pelayanan khusus.
Menurut sumber berkompeten ini, karena seluruh peralatan itu memiliki radiasi, maka manajemen rumah sakit wajib mengurus izin hingga ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta. Ijin tersebut, juga harus mendapat pengujian dan pengawasan dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Direktur RSU dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS yang dikonfirmasi via seluler, Rabu sore membenarkan sejumlah alat-alat itu kini belum difungsikan karena berbagai alasan, diantaranya sedang dalam pengurusan izin, perpanjangan izin, verifikasi oleh BPJS dan perbaikan ruang operasi serta harus diservis maupun penggantian suku cadang.
“Semua alat-alat itu tetap difungsikan seperti C-arm yang dibeli tahun lalu, saat ini masih menunggu perbaikannya kamar operasi dan pengurusan izin,” jelasnya.
Namun, ada juga beberapa alat lain yang tak bisa dipergunakan lagi, karena memang telah trlalu tua. (Bahrul)