Berbagai kritik terhadap gaya dan model Saifannur, dalam menakhodai pemerintahan. Terus disoroti, bahkan jadi bahan pergunjingan publik. Meski banyak yang mengakui, serta mengapresiasi pencapaian pembangunan di era Saifannur setahun terakhir.
Sejumlah kalangan di Bireuen kepada Metro Aceh menuturkan, selain isu dinasti yang sangat merusak, kondisi pembangunan yang berjalan lamban, anggaran daerah merosot. Hingga menyebabkan dampak buruk, terhadap perekonomian rakyat. Selain bermacam kelemahan lain, selama H Saifan jadi bupati yang dinilai tertutup dalam memimpin.
Disamping itu, indikasi monopoli proyek pembangunan oleh keluarga penguasa ini, melengkapi sederet persoalan daerah yang makin rumit. Termasuk, lambannya resuffle pejabat hingga melemahkan fungsi SKPK, juga dinilai sebagai indikator kinerja pemerintahan yang sangat lemah.
Rusmadi salah seorang pekerja media dan tokoh masyarakat Samalanga, kepada Metro Aceh mengaku jika saat ini bupati sangat sulit ditemui. Malah, untuk kepentingan wawancara awak media, kerap dihalangi oleh para pihak pengaman tertutup (Pamtup).
“Bupati Saifannur belum membangun komunikasi yang baik, khususnya dengan masyarakat maupun insan pers, saat butuh konfirmasi dari bupati,” ujarnya.
Menurut wartawan senior itu, hingga kini birokrasi pemerintah masih sangat tertutup. Akses media dibatasi malah diblok habis,”Saya yakin pihak pengamanan tidak berani bertindak seperti itu, jika tanpa ada arahan dari atasan. Ini memang sudah by desain,” tukasnya.
Selain itu sebut Rusmadi atau yang akrab disapa Abu Rus, campurtangan keluarga Saifannur dalam pemerintah, dianggap sudah berlebihan. Karena ini mengelola pemerintahan dan dana publik, seharusnya dilakukan sesuai aturan, serta tidak ikut campur pihak keluarga.
Dia berharap, kondisi ini dapat diubah supaya kepala daerah, tidak terkesan terlalu eksklusif. Termasuk, pamtup agar jangan lagi bersikap arogan. Hal ini menurutnya, perlu menjadi evaluasi bagi bupati, sehingga kekurangan yang masih ada dapat diperbaiki.
Komentar lainnya juga dikemukakan drh Murdani. Menurut sosok yang akrab disapa Dani Geulanggang ini, meski banyak pencapaian yang telah berhasil dilakukan, selama setahun terakhir. Namun, Bupati H Saifannur perlu meningkatkan kinerja aparatur, sehingga mampu menjawab harapan masyarakat.
“Kita berharap, supaya pemerintah daerah terus meningkatkan kinerja, dalam menjalankan pembangunan yang berpihak kepentingan rakyat,” tandasnya.
Hal senada juga didampaikan Azhar Ibrahim, mantan Keuchik Geulanggang Gampong (Cureh) itu mengaku. Beberapa pembangunan kasat mata terlihat di Bireuen, hasil kerja Bupati Saifannur. Seperti saluran perbatasan Pulo Ara-Cureh, yang sudah tertangani dan beberapa sarana infrastruktur lain, kini telah dimanfaatkan publik.
Meskipun masih ada kekurangan lain yang perlu diperbaiki, termasuk pada rotasi pejabat eselon yang lamban dan berdampak buruk, sehingga dapat menurunkan motivasi serta semangat kerja para pejabat perangkat daerah.
“Saya melihat dalam mengatur posisi pejabat, bupati terlalu berhati-hati dan terkesan lamban. Ini melemahkan motivasi mereka untuk bekerja secara maksimal, karena takut saat lagi fokus tiba-tiba dimutasi,” jelasnya.
Dia berharap, agar kritik, saran dan pendapat masyarakat, dapat menjadi masukan untuk dievaluasi, serta tidak ditanggapi negatif. Mengingat, suara publik ini merupakan harapan, supaya adanya perbaikan dalam sistem roda pemerintahan, yang memihak kepentingan rakyat. (MA 01)