BIREUEN|METRO ACEH-Akibat dikerjakan asal jadi, proyek rehabilitasi Embung Blang Rambong Desa Tanjong Beuridi, Kecamatan Peusangan Selatan menyebabkan puluhan hektar sawah di kawasan itu mengalami kekeringan.
Padahal, pekerjaan fisik bersumber dari DOKA 2018 itu, sejogyanya bertujuan untuk mengatasi persoalan kebutuhan pasokan air ke sawah masyarakat. Tapi, karena dikerjakan asal-asalan malah jadi bertolakbelakang dengan pembiayaan melalui pagu Dinas Pengairan Aceh, bernilai Rp 688 juta yang terbuang sia-sia.

Keujreun Blang Rambong, Syarifuddin (55) saat ditemui Metro Aceh, Sabtu (5/1) menuturkan, puluhan hektar area persawahan yang lagi ditanami padi, kini mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penyebabnya sebut Syarifuddin, karena rehabilitasi embung Blang Rambong tak dikerjakan sesuai kebutuhan, serta asal jadi. Sehingga, mereka hanya dapat mengaliri air ke sawah bagian timur dan barat saja, sedangkan sebelah utara dan selatan, pasokan air terpaksa dihentikan agar tidak meluap serta merendam puluhan hektar sawah lainnya di sekitar lokasi itu.
“Kami tidak bisa membuka pintu air sebelah utara, karena jika dipaksakan maka menyebabkan tanggul embung sebelah timur meluap. Sehingga, puluhan hektar sawah yang sedang ditanami padi, kini kekeringan akibat suplai air terhenti,” sebutnya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Kepala Dusun Gunawan Desa Tanjong Beuridi , Muhammad Zahri. Dia mengaku, sejak beberapa hari terakhir dirinya selalu didatangi warga, yang mengeluh dan mempertanyakan kondisi itu.
Terutama, para pemilik sawah yang kini tak lagi bisa terairi, akibat persoalan proyek embung yang berdampak buruk terhadap usaha pertanian warga desa itu. Dia mengaku kewalahan memberi jawaban kepada masyarakat, karena pihak pelaksana proyek sudah hilang dari lokasi.
Sehingga dirinya terpaksa mencari akses ke media, guna mengadukan keluhan ini dan berharap segera mendapat respon baik dari instansi terkait,”Kami berharap supaya masalah tersebut, dapat disikapi agar tidak merugikan warga di daerah kami. Karena sawah mereka kekeringan gara-gara program rehab embung,” ujarnya seraya mengaku kondisi itu tak pernah terjadi sebelumnya.
Sementara itu, Anggota DPRK Bireuen dari Partai Gerindra, Faisal Hasballah yang berdomisili di Tanjong Beuridi, saat bertemu awak media ini di lokasi itu menandaskan, sejak awal dirinya sudah melihat ketidak beresan pekerjaan tersebut.
Selain tidak dipasangi pamplet (plang) proyek, rekanan juga terlihat bekerja tak semangat. Sehingga, hasilnya benar-benar tidak maksimal. Dirinya selama ini sering memantau langsung aktifitas para pekerja, serta beberapa kali memberikan saran, namun tak pernah diindahkan.
Faisal meminta Dinas Pengairan Aceh, supaya merampungkan pekerjaan proyek itu, sesuai dengan spesifikasi tehnis dan tidak meninggalkan dampak negatif bagi masyarakat. Konon lagi sebutnya, saat ini masih dalam proses pemeliharaan dan harus dilaksanakan secara optimal, serta menyeluruh sesuai perencanaan. Sehingga, benar-benar bermanfaat untuk mendukung usaha pertanian rakyat di kawasan itu.
Dia juga meminta Inspektorat Aceh, agar turun untuk melakukan audit investigasi, sehingga anggaran publik ini tidak habis sia-sia. Karena hanya menguntungkan segelintir pihak saja, namun dampaknya menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat setempat. Akibat potensi gagal panen yang sedang menghantui para petani Tanjong Beuridi dan sekitarnya.
“Kami minta supaya kekurangan yang masih ada, segera diperbaiki supaya tak berimbas terhadap petani. Saat ini areal persawahan, cukup banyak yang sudah kering kerontang,” tukasnya.
Pantauan Metro Aceh tadi siang, ratusan hektar sawah terlihat sudah mengering, akibat tidak mendapat suplai air sejak sebulan terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh, paket pekerjaan fisik DOKA itu dikerjakan oleh CV Pundi Tirta dengan nilai penawaran Rp 688.700.000. Proyek ini, diduga sarat masalah namun belum terjamah penegak hukum.
Bahkan, akibat pengerjaan asal-asalan ruas jalan TMMD, yang menembus ruas jalan Kecamatan Peusangan Selatan-Kecamatan Juli, tertutupi timbunan material pengerukan embung Blang Rambong. (Bahrul)